Sabtu, 09 April 2016

MAKALAH PENERAPAN NILAI SEMBOYAN BHINEKA TUNGGAL IKA KEPADA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE



MAKALAH
PENERAPAN NILAI SEMBOYAN BHINEKA TUNGGAL IKA KEPADA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PKn SD yang Dibina Oleh Drs. Imam Muchtar, S.H, M.Hum dan Fajar Surya Hutama, S.Pd, M.Pd


Oleh:
Krnia Intan Suroni Tsalis       
150210204026

PRODI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun pedoman bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai dari Bhineka Tunggal Ika bangsa Indonesia.
            Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik lagi.
            Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                        Jember, 10 November 2015


                                                                                    Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………………….3
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.    Sejarah Terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika…………………..5
B.     Keberagaman Indonesia…………………………………………….……..6
C.     Implementasi Konsep Bhineka tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia………………………………………8
D.    Pemahaman Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika……………………………..10
E.     Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk Siswa SD……….……..13
BAB 3 PENUTUP
            Kesimpulan..………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….19







BAB 1
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak dulu, mulai zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya bangsa-bangsa lain unutk menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun Indonesia berjuang untuk mencari jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri.
Setelah melalui proses yang sangat panjang untuk mencari jati dirinya, bangsa Indonesia yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri bangsanya merumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam. Yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian disepakati bersama diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangam hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di dunia Internasional. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki rasa nasionalisme kebangsaan yang kokoh, demi tercapainya ketahanan Negara dari pihak luar. Selain hal itu, bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan negaranya dari pihak dalam, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki asset berharga dalam keberagaman budaya, dengan kata lain harus menciptakan dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan yang utuh.



B.              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Bagaimana proses terbentuknya Bhineka Tunggal Ika?
2.      Bagaimana wujud dari keragaman di Indonesia?
3.      Bagaimana cara untuk menerapkan nilai dari semboyan Bhineka tunggal Ika?
4.      Apa manfaat penerapan nilai dari Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari?

C.             Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:
1.      Mengetahui sejarah terbentuknya Bhineka Tunggal Ika
2.      Mengetahui wujud dari keberagaman Indonesia
3.      Mengetahui cara untuk menerapkan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal Ika
4.      Mengetahui manfaat penerapan nilai dari Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari


BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Terbentuknya Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit adalah seorang pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup pada pemerintahan raja Rajasanegara. Ia masih saudara sang raja yaitu keponakannya (Bratratmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu adik wanita sang raja.
            Nama “Tantular” terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh). Artinya ia orangnya “teguh”. Sedangkan kata “mpu” merypakan gelar yang artinya adalah seorang yang pandai atau ahli.
            Tantular adalah seorang penganut agama Budha, namun ia terbuka terhadap agama lainnya, terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama kakawin Sutasoma. Bahkan salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan Republik Indonesia yaitu “Bhineka tunggal Ika” atau berbeda-beda namun satu jua.
Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,

Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Perumusan Bhineka Tunggal Ika oleh Mpu Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.

B.              Keberagaman Indonesia
Keberagaman Indonesia ada karena memiliki hal yang beragam, contohnya:
1.      Suku adalah adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan yang lainnya.
Contoh suku bangsa Indonesia : suku Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar,    Bugis, dan Sunda.
2.      Agama berasal dari kata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata a yang artinya tidak dan kata gama yang artinya kacau. Jadi, “agama” artinya tidak kacau. Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah. Agama adalah suatu sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan dan praktik suci. Agama adalah pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan dengan Tuhan.
3.      Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras merupakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural. Misalnya, jika kita menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita menyebut satu kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut, melainkan ciri fisiknya.
4.      Budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang berarti akal budi. Kebudayaan berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia
5.      Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
MANFAAT MENGETAHUI KEBERAGAMAN INDONESIA:
1.      Menghargai budaya orang lain
2.      Menghargai setiap perbedaan orang lain
3.      Lebih mencintai bangsa Indonesia
4.      Menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama
5.      Tidak membeda-bedakan antar ras, suku, golongan
6.      Tidak adanya sistim kasta dalam kehidupan sehari-hari





C.             Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa Sansekerta, kata buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi   yang berarti “budi” atau “akal” (Soerjono  Soekanto,  1990). Oleh  karena  itu,  kebudayaan  dapat  diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta  didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif, terbuka, damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa :
1.        Perilaku inklusif.
Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.
2.        Sikap rukun dan damai
Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3.        Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4.        Sikap kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”

D.                Pemahaman Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah/wilayah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah Pancasila, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kemajemukan etnik/suku, ras, sosial, budaya, dan agama, merupakan kepelbagaian yang berbeda satu sama lain, namun demi kepentingan bersama, menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera, kepelbagaian menjadi penguat sehingga terintegrasi secara nasional sejak Indonesia merdeka di bawah ideologi Pancasila. Kemajemukan yang terintegrasi secara nasional menjadi kondisi potensi nasional yang harus dapat menempatkan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an sebagai landasan dan pedoman dalam mewujudkan stabilitas nasional dan ketahanan nasional dengan segala aspek-aspek yang ada didalamnya. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika yang termaktub dalam Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa perlu dipahami dan dikembangkan serta diimplementasikan dalam  berinteraksi sosial, karena nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an mempunyai fungsi sebagai motivasi dan rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan dalam bermasyarakat, dan berpemerintahan, baik di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, berfungsi juga untuk mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah, dengan  tetap menghormati kepentingan lain, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak dan membangun serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional demi keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Karena itu, implementasi atau penerapan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an  harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan NKRI daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Untuk mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an agar terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial budaya masyarakat, implementasinya harus tergambar dalam kehidupan politik, sosial budaya, dan seluruh aspek kehidupan berbangsa dalam  penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis.
Aspek politik misalnya, diarahkan untuk mampu menumbuh kembangkan rasa dan semangat kebangsaan yang selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi pengembangan jiwa nasionalisme dan pembentukan jati diri bangsa. Sosialisasi aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilaksanakan oleh seluruh komponen nasional untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang demokratis dan berkeadilan serta mampu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan dan individu, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), tidak terjadi kesewenangan kekuasaan tetapi sebaliknya yang terjadi adalah hubungan yang harmonis, saling menghargai tugas dan wewenang masing-masing, serta memantapkan keyakinan warga terhadap nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Hal tersebut tampak dalam wujudnya pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat sehingga kepercayaan warga terhadap pelaksana pemerintahan terjamin.
Penerapan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang terigrasi dalam kehidupan keseharian akan menciptakan tatanan masyarakat yang  benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Untuk itu aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus mampu menumbuhkembangkan kehidupan bermasyarakat yang saling berinteraksi secara sinergis antara satu daerah dengan daerah lain yang berbeda budaya, etnik/suku, bahasa, agama, dan strata sosial dalam mewujudkan sistem integrasi nasional yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga serta daya saing bangsa. Seluruh komponen harus mampu memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber daya dan kearifan lokal guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan mesra merata sebagai wujud  rasa nasionalisme bangsa dengan menjaga kelestarian sumber daya dan potensi yang dimiliki demi generasi penerus bangsa. Di samping itu, mencerminkan tanggungjawab terhadap pola sikap dan tindakan yang saling menghormati dan saling menghargai antar daerah, suku, bahasa, agama, bahkan strata sosial, secara timbal balik demi kelestarian keanekaragaman budaya yang menjadi kekayaan milik bersama dalam kesatuan dan persatuan negara bangsa.
Penerapan aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan  sebagai kenyataan hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Untuk itu, setiap warga diarahkan agar mampu mengembangkan budaya daerah yang saling berinteraksi dan mengisi secara sinergis dengan budaya daerah lainnya atas dasar saling menghormati dan saling menghargai khasanah masing-masing sehingga terwujud kehidupan bangsa yang rukun dan bersatu secara integral. Selain itu, harus mampu mewujudkan kebudayaan nasional yang merupakan perpaduan harmonis alamiah dari kebudayaan daerah yang dapat dikembangkan sebagai jati diri bangsa, mampu mewujudkan sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi dan mengakar pada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang berlaku dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diabadikan untuk kepentingan nasional. Kemudian mampu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diabadikan bagi peningkatan hakekat dan martabat bangsa. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
Penerapan pemaham nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan pertahanan keamanan  juga akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air untuk lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara, yang kemudian akan menjadi modal utama dalam menggerakkan partisipasi setiap warga menanggapi setiap bentuktantangan, seberapapun kecilnya dan darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Untuk itu setiap warga harus mampu menumbuh kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang selanjutnya akan menumbuh kembangkan jiwa dan semangat bela negara, dan pada akhirnya dapat membangun sistem pertahanan negara yang bertumpu pada keterpaduan upaya seluruh rakyat serta pengerahan segenap potensi nasional secara semesta dengan semangat pantang menyerah.

E.              Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk siswa SD
Materi Bhineka Tunggal Ika terdapat pada kelas 4 sekolah dasar.
Kompetensi Inti
1.      Mengetahui keragaman Indonesia
2.      Memiliki sikap dan perilaku saling menghargai, menghormati, dan toleransi terhadap sesama
3.      Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengarkan, melihat, membaca) dan menanya, berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya
Kompetensi Dasar
            Memiliki sikap toleran dan menghargai sesama dan lingkungan di sekitarnya.

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan dengan pasangan yang tepat agar menjadi urutan yang logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
            Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1.      Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.      Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.      Menyajikan materi sebagai pengantar
Di langkah ini guru memberikan penjelasan mengenai pengertian dari Bhineka Tunggal Ika. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3.      Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Di langkah ini guru menunjukkan beberapa gambar rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, dan nama-nama daerah asalnya. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4.      Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis sesuai dengan daerah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5.      Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6.      Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7.      Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menarik kesimpulan darimanakah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional tersebut.
Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu mengetahui dan menghargai budaya ataupun adat dari daerah lain.












BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Wujud dari keragaman di dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam, seperti keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya. Dfengan semboyan bhineka Tunggal Ika tersebut juga mempunyai peran terhadapa bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Penerapan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang pengertian Bhineka Tunggal ika. Indonesia mempunyai keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya yang sangat banyak. oleh karena itu kita sebagai penerus bangsa harus mengetahui keragaman yang ada di Indonesia. Kita dapat mempelajari bagaimana perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Perbedaan ini tidak akan membuat Indonesia terpecah-belah, namun perbedaan ini akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keberagaman.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.


DAFTAR PUSTAKA
Implementasi%20Konsep%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20sebagai%20Landasan%20Multikulturalisme%20Bangsa%20Indonesia.htm
Budiono Kusumohamodjojo, 2000,  Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo: Jakarta.
Darmodihardjo Darji dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia. Rajawali: Jakarta




KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun pedoman bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai dari Bhineka Tunggal Ika bangsa Indonesia.
            Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik lagi.
            Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                        Jember, 10 November 2015


                                                                                    Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………………….3
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.    Sejarah Terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika…………………..5
B.     Keberagaman Indonesia…………………………………………….……..6
C.     Implementasi Konsep Bhineka tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia………………………………………8
D.    Pemahaman Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika……………………………..10
E.     Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk Siswa SD……….……..13
BAB 3 PENUTUP
            Kesimpulan..………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….19







BAB 1
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak dulu, mulai zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya bangsa-bangsa lain unutk menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun Indonesia berjuang untuk mencari jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri.
Setelah melalui proses yang sangat panjang untuk mencari jati dirinya, bangsa Indonesia yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri bangsanya merumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam. Yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian disepakati bersama diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangam hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di dunia Internasional. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki rasa nasionalisme kebangsaan yang kokoh, demi tercapainya ketahanan Negara dari pihak luar. Selain hal itu, bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan negaranya dari pihak dalam, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki asset berharga dalam keberagaman budaya, dengan kata lain harus menciptakan dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan yang utuh.



B.              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Bagaimana proses terbentuknya Bhineka Tunggal Ika?
2.      Bagaimana wujud dari keragaman di Indonesia?
3.      Bagaimana cara untuk menerapkan nilai dari semboyan Bhineka tunggal Ika?
4.      Apa manfaat penerapan nilai dari Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari?

C.             Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:
1.      Mengetahui sejarah terbentuknya Bhineka Tunggal Ika
2.      Mengetahui wujud dari keberagaman Indonesia
3.      Mengetahui cara untuk menerapkan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal Ika
4.      Mengetahui manfaat penerapan nilai dari Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari


BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Terbentuknya Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit adalah seorang pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup pada pemerintahan raja Rajasanegara. Ia masih saudara sang raja yaitu keponakannya (Bratratmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu adik wanita sang raja.
            Nama “Tantular” terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh). Artinya ia orangnya “teguh”. Sedangkan kata “mpu” merypakan gelar yang artinya adalah seorang yang pandai atau ahli.
            Tantular adalah seorang penganut agama Budha, namun ia terbuka terhadap agama lainnya, terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama kakawin Sutasoma. Bahkan salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan Republik Indonesia yaitu “Bhineka tunggal Ika” atau berbeda-beda namun satu jua.
Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,

Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Perumusan Bhineka Tunggal Ika oleh Mpu Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.

B.              Keberagaman Indonesia
Keberagaman Indonesia ada karena memiliki hal yang beragam, contohnya:
1.      Suku adalah adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan yang lainnya.
Contoh suku bangsa Indonesia : suku Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar,    Bugis, dan Sunda.
2.      Agama berasal dari kata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata a yang artinya tidak dan kata gama yang artinya kacau. Jadi, “agama” artinya tidak kacau. Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah. Agama adalah suatu sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan dan praktik suci. Agama adalah pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan dengan Tuhan.
3.      Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras merupakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural. Misalnya, jika kita menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita menyebut satu kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut, melainkan ciri fisiknya.
4.      Budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang berarti akal budi. Kebudayaan berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia
5.      Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
MANFAAT MENGETAHUI KEBERAGAMAN INDONESIA:
1.      Menghargai budaya orang lain
2.      Menghargai setiap perbedaan orang lain
3.      Lebih mencintai bangsa Indonesia
4.      Menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama
5.      Tidak membeda-bedakan antar ras, suku, golongan
6.      Tidak adanya sistim kasta dalam kehidupan sehari-hari





C.             Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa Sansekerta, kata buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi   yang berarti “budi” atau “akal” (Soerjono  Soekanto,  1990). Oleh  karena  itu,  kebudayaan  dapat  diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta  didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif, terbuka, damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa :
1.        Perilaku inklusif.
Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.
2.        Sikap rukun dan damai
Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3.        Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4.        Sikap kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”

D.                Pemahaman Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah/wilayah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah Pancasila, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kemajemukan etnik/suku, ras, sosial, budaya, dan agama, merupakan kepelbagaian yang berbeda satu sama lain, namun demi kepentingan bersama, menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera, kepelbagaian menjadi penguat sehingga terintegrasi secara nasional sejak Indonesia merdeka di bawah ideologi Pancasila. Kemajemukan yang terintegrasi secara nasional menjadi kondisi potensi nasional yang harus dapat menempatkan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an sebagai landasan dan pedoman dalam mewujudkan stabilitas nasional dan ketahanan nasional dengan segala aspek-aspek yang ada didalamnya. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika yang termaktub dalam Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa perlu dipahami dan dikembangkan serta diimplementasikan dalam  berinteraksi sosial, karena nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an mempunyai fungsi sebagai motivasi dan rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan dalam bermasyarakat, dan berpemerintahan, baik di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, berfungsi juga untuk mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah, dengan  tetap menghormati kepentingan lain, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak dan membangun serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional demi keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Karena itu, implementasi atau penerapan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an  harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan NKRI daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Untuk mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an agar terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial budaya masyarakat, implementasinya harus tergambar dalam kehidupan politik, sosial budaya, dan seluruh aspek kehidupan berbangsa dalam  penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis.
Aspek politik misalnya, diarahkan untuk mampu menumbuh kembangkan rasa dan semangat kebangsaan yang selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi pengembangan jiwa nasionalisme dan pembentukan jati diri bangsa. Sosialisasi aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilaksanakan oleh seluruh komponen nasional untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang demokratis dan berkeadilan serta mampu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan dan individu, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), tidak terjadi kesewenangan kekuasaan tetapi sebaliknya yang terjadi adalah hubungan yang harmonis, saling menghargai tugas dan wewenang masing-masing, serta memantapkan keyakinan warga terhadap nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Hal tersebut tampak dalam wujudnya pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat sehingga kepercayaan warga terhadap pelaksana pemerintahan terjamin.
Penerapan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang terigrasi dalam kehidupan keseharian akan menciptakan tatanan masyarakat yang  benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Untuk itu aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus mampu menumbuhkembangkan kehidupan bermasyarakat yang saling berinteraksi secara sinergis antara satu daerah dengan daerah lain yang berbeda budaya, etnik/suku, bahasa, agama, dan strata sosial dalam mewujudkan sistem integrasi nasional yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga serta daya saing bangsa. Seluruh komponen harus mampu memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber daya dan kearifan lokal guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan mesra merata sebagai wujud  rasa nasionalisme bangsa dengan menjaga kelestarian sumber daya dan potensi yang dimiliki demi generasi penerus bangsa. Di samping itu, mencerminkan tanggungjawab terhadap pola sikap dan tindakan yang saling menghormati dan saling menghargai antar daerah, suku, bahasa, agama, bahkan strata sosial, secara timbal balik demi kelestarian keanekaragaman budaya yang menjadi kekayaan milik bersama dalam kesatuan dan persatuan negara bangsa.
Penerapan aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan  sebagai kenyataan hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Untuk itu, setiap warga diarahkan agar mampu mengembangkan budaya daerah yang saling berinteraksi dan mengisi secara sinergis dengan budaya daerah lainnya atas dasar saling menghormati dan saling menghargai khasanah masing-masing sehingga terwujud kehidupan bangsa yang rukun dan bersatu secara integral. Selain itu, harus mampu mewujudkan kebudayaan nasional yang merupakan perpaduan harmonis alamiah dari kebudayaan daerah yang dapat dikembangkan sebagai jati diri bangsa, mampu mewujudkan sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi dan mengakar pada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang berlaku dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diabadikan untuk kepentingan nasional. Kemudian mampu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diabadikan bagi peningkatan hakekat dan martabat bangsa. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
Penerapan pemaham nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan pertahanan keamanan  juga akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air untuk lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara, yang kemudian akan menjadi modal utama dalam menggerakkan partisipasi setiap warga menanggapi setiap bentuktantangan, seberapapun kecilnya dan darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Untuk itu setiap warga harus mampu menumbuh kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang selanjutnya akan menumbuh kembangkan jiwa dan semangat bela negara, dan pada akhirnya dapat membangun sistem pertahanan negara yang bertumpu pada keterpaduan upaya seluruh rakyat serta pengerahan segenap potensi nasional secara semesta dengan semangat pantang menyerah.

E.              Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk siswa SD
Materi Bhineka Tunggal Ika terdapat pada kelas 4 sekolah dasar.
Kompetensi Inti
1.      Mengetahui keragaman Indonesia
2.      Memiliki sikap dan perilaku saling menghargai, menghormati, dan toleransi terhadap sesama
3.      Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengarkan, melihat, membaca) dan menanya, berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya
Kompetensi Dasar
            Memiliki sikap toleran dan menghargai sesama dan lingkungan di sekitarnya.

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan dengan pasangan yang tepat agar menjadi urutan yang logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
            Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1.      Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.      Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.      Menyajikan materi sebagai pengantar
Di langkah ini guru memberikan penjelasan mengenai pengertian dari Bhineka Tunggal Ika. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3.      Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Di langkah ini guru menunjukkan beberapa gambar rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, dan nama-nama daerah asalnya. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4.      Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis sesuai dengan daerah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5.      Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6.      Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7.      Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menarik kesimpulan darimanakah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional tersebut.
Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu mengetahui dan menghargai budaya ataupun adat dari daerah lain.












BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Wujud dari keragaman di dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam, seperti keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya. Dfengan semboyan bhineka Tunggal Ika tersebut juga mempunyai peran terhadapa bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Penerapan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang pengertian Bhineka Tunggal ika. Indonesia mempunyai keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya yang sangat banyak. oleh karena itu kita sebagai penerus bangsa harus mengetahui keragaman yang ada di Indonesia. Kita dapat mempelajari bagaimana perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Perbedaan ini tidak akan membuat Indonesia terpecah-belah, namun perbedaan ini akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keberagaman.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.


DAFTAR PUSTAKA
Implementasi%20Konsep%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20sebagai%20Landasan%20Multikulturalisme%20Bangsa%20Indonesia.htm
Budiono Kusumohamodjojo, 2000,  Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo: Jakarta.
Darmodihardjo Darji dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia. Rajawali: Jakarta


0 komentar:

Posting Komentar