
MAKALAH
PENERAPAN NILAI SEMBOYAN BHINEKA
TUNGGAL IKA KEPADA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE
Diajukan
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PKn SD yang Dibina Oleh Drs. Imam
Muchtar, S.H, M.Hum dan Fajar Surya Hutama, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Krnia
Intan Suroni Tsalis
150210204026
PRODI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun
pedoman bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai dari Bhineka Tunggal Ika
bangsa Indonesia.
Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan
kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah
ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jember,
10 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………….3
B.
Rumusan
Masalah…………………………………………………………4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika…………………..5
B.
Keberagaman
Indonesia…………………………………………….……..6
C.
Implementasi
Konsep Bhineka tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa
Indonesia………………………………………8
D.
Pemahaman
Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika……………………………..10
E.
Model
Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk Siswa SD……….……..13
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….19
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang sejak dulu, mulai zaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya bangsa-bangsa lain unutk menguasai
bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun Indonesia berjuang untuk mencari jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri.
Setelah melalui proses yang sangat panjang
untuk mencari jati dirinya, bangsa Indonesia yang didalamnya tersimpul ciri
khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh
para pendiri bangsanya merumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam. Yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian disepakati
bersama diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa
ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus
memiliki visi serta pandangam hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di
dunia Internasional. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki rasa
nasionalisme kebangsaan yang kokoh, demi tercapainya ketahanan Negara dari
pihak luar. Selain hal itu, bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan
negaranya dari pihak dalam, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki asset berharga dalam keberagaman
budaya, dengan kata lain harus menciptakan dan memperkuat rasa persatuan dan
kesatuan yang utuh.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana proses terbentuknya Bhineka Tunggal
Ika?
2. Bagaimana wujud dari keragaman di Indonesia?
3. Bagaimana cara untuk menerapkan nilai dari
semboyan Bhineka tunggal Ika?
4. Apa manfaat penerapan nilai dari Bhineka
Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuannya adalah:
1. Mengetahui sejarah terbentuknya Bhineka
Tunggal Ika
2. Mengetahui wujud dari keberagaman Indonesia
3. Mengetahui cara untuk menerapkan nilai dari
semboyan Bhineka Tunggal Ika
4. Mengetahui manfaat penerapan nilai dari
Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Terbentuknya Semboyan Bhineka Tunggal
Ika
Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di
Majapahit adalah seorang pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup pada
pemerintahan raja Rajasanegara. Ia masih saudara sang raja yaitu keponakannya
(Bratratmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu adik wanita
sang raja.
Nama
“Tantular” terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh).
Artinya ia orangnya “teguh”. Sedangkan kata “mpu” merypakan gelar yang artinya
adalah seorang yang pandai atau ahli.
Tantular
adalah seorang penganut agama Budha, namun ia terbuka terhadap agama lainnya,
terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya
yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama kakawin Sutasoma. Bahkan
salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan
Republik Indonesia yaitu “Bhineka tunggal Ika” atau berbeda-beda namun satu
jua.
Kutipan
ini berasal dari pupuh 139, bait 5.
Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Perumusan Bhineka Tunggal Ika oleh Mpu
Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi
keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.
B.
Keberagaman Indonesia
Keberagaman
Indonesia ada karena memiliki hal yang beragam, contohnya:
1.
Suku
adalah adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku
bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama.
Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan yang lainnya.
Contoh suku bangsa Indonesia : suku Jawa, Minangkabau, Bali,
Makassar, Bugis, dan Sunda.
2.
Agama
berasal dari kata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata a
yang artinya tidak dan kata gama yang artinya kacau. Jadi,
“agama” artinya tidak kacau. Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola
perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah. Agama adalah suatu
sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan dan praktik suci. Agama adalah
pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan
dengan Tuhan.
3.
Ras
adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki
ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras
merupakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural.
Misalnya, jika kita menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat
kebudayaan kelompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri
fisiknya, seperti warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya,
jika kita menyebut satu kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat
kebudayaan kelompok tersebut, melainkan ciri fisiknya.
4.
Budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang
berarti akal budi. Kebudayaan berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia
5.
Jenis
kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya proses reproduksi
seksual untuk
mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu
akibat dari dimorfisme
seksual, yang
pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
MANFAAT MENGETAHUI KEBERAGAMAN INDONESIA:
1. Menghargai budaya orang lain
2. Menghargai setiap perbedaan orang lain
3. Lebih mencintai bangsa Indonesia
4. Menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat
beragama
5. Tidak membeda-bedakan antar ras, suku,
golongan
6. Tidak adanya sistim kasta dalam kehidupan
sehari-hari
C. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia
Akar kata
multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa Sansekerta, kata buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Soerjono Soekanto, 1990). Oleh karena itu,
kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah
ideologi dan sebuah alat atau
wahana untuk meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus
dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide
atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai
struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan
bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang
terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang
mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku
bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati
dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat
keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan
dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan
kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk
selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif,
terbuka, damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai
dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip,
berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep
Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa :
1. Perilaku inklusif.
Di depan telah
dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau
kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari
masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam
kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain.
Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi
kehidupan bersama.
2. Sikap
rukun dan damai
Sikap toleransi, saling
hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat
dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi
menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi
lestarinya negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu
dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3.
Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk
kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai
mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama,
tetapi common denominator, yakni inti
kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai
dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan
yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang
kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win
win solution.
4. Sikap
kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi
oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari
kamus Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan
pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan,
disertai dengan pengorbanan.
Bila setiap warga negara
memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh.”
D.
Pemahaman Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam membina dan
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah/wilayah yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan dan penyelenggaraan tata
kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik
antara falsafah Pancasila, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial
budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan
dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
nasional.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kemajemukan etnik/suku, ras, sosial,
budaya, dan agama, merupakan kepelbagaian yang berbeda satu sama lain, namun
demi kepentingan bersama, menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera,
kepelbagaian menjadi penguat sehingga terintegrasi secara nasional sejak
Indonesia merdeka di bawah ideologi Pancasila. Kemajemukan yang terintegrasi
secara nasional menjadi kondisi potensi nasional yang harus dapat menempatkan
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an sebagai landasan dan pedoman dalam
mewujudkan stabilitas nasional dan ketahanan nasional dengan segala aspek-aspek
yang ada didalamnya. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika yang termaktub dalam Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa
perlu dipahami dan dikembangkan serta diimplementasikan dalam
berinteraksi sosial, karena nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an mempunyai fungsi sebagai motivasi dan rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan dalam
bermasyarakat, dan berpemerintahan, baik di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, berfungsi juga untuk mewujudkan
nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa atau daerah, dengan tetap menghormati kepentingan
lain, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dijadikan arahan,
pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak dan membangun
serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional demi
keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Karena itu,
implementasi atau penerapan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan NKRI daripada kepentingan pribadi atau
kelompok. Untuk mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal
Ika-an agar terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial budaya
masyarakat, implementasinya harus tergambar dalam kehidupan politik, sosial
budaya, dan seluruh aspek kehidupan berbangsa dalam penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis.
Aspek politik misalnya, diarahkan untuk mampu menumbuh kembangkan rasa
dan semangat kebangsaan yang selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi pengembangan
jiwa nasionalisme dan pembentukan jati diri bangsa. Sosialisasi aktualisasi
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilaksanakan oleh seluruh komponen
nasional untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang demokratis dan berkeadilan
serta mampu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
golongan dan individu, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), tidak terjadi
kesewenangan kekuasaan tetapi sebaliknya yang terjadi adalah hubungan yang
harmonis, saling menghargai tugas dan wewenang masing-masing, serta memantapkan
keyakinan warga terhadap nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Hal tersebut
tampak dalam wujudnya pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang
dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat sehingga kepercayaan warga
terhadap pelaksana pemerintahan terjamin.
Penerapan
aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang terigrasi
dalam kehidupan keseharian akan menciptakan tatanan masyarakat yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil. Untuk itu aktualisasi pemahaman nilai-nilai
ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus mampu menumbuhkembangkan kehidupan
bermasyarakat yang saling berinteraksi secara sinergis antara satu daerah
dengan daerah lain yang berbeda budaya, etnik/suku, bahasa, agama, dan strata
sosial dalam mewujudkan sistem integrasi nasional yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga serta daya saing bangsa. Seluruh
komponen harus mampu memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber daya dan
kearifan lokal guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan mesra merata
sebagai wujud rasa nasionalisme bangsa dengan menjaga kelestarian sumber
daya dan potensi yang dimiliki demi generasi penerus bangsa. Di samping itu, mencerminkan
tanggungjawab terhadap pola sikap dan tindakan yang saling menghormati dan
saling menghargai antar daerah, suku, bahasa, agama, bahkan strata sosial,
secara timbal balik demi kelestarian keanekaragaman budaya yang menjadi
kekayaan milik bersama dalam kesatuan dan persatuan negara bangsa.
Penerapan aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Untuk itu, setiap warga
diarahkan agar mampu mengembangkan budaya daerah yang saling berinteraksi dan
mengisi secara sinergis dengan budaya daerah lainnya atas dasar saling
menghormati dan saling menghargai khasanah masing-masing sehingga terwujud
kehidupan bangsa yang rukun dan bersatu secara integral. Selain itu, harus
mampu mewujudkan kebudayaan nasional yang merupakan perpaduan harmonis alamiah
dari kebudayaan daerah yang dapat dikembangkan sebagai jati diri bangsa, mampu
mewujudkan sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi dan mengakar pada
nilai-nilai dan norma-norma hukum yang berlaku dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat dan diabadikan untuk kepentingan nasional. Kemudian mampu juga mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang diabadikan bagi peningkatan hakekat dan martabat bangsa. Implementasi ini
juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu
tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta
golongan berdasarkan status sosialnya.
Penerapan pemaham nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan
pertahanan keamanan juga akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah
air untuk lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga
negara, yang kemudian akan menjadi modal utama dalam menggerakkan partisipasi
setiap warga menanggapi setiap bentuktantangan, seberapapun kecilnya dan
darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa
dan kedaulatan negara. Untuk itu setiap warga harus mampu menumbuh kembangkan
kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang selanjutnya akan menumbuh kembangkan
jiwa dan semangat bela negara, dan pada akhirnya dapat membangun sistem
pertahanan negara yang bertumpu pada keterpaduan upaya seluruh rakyat serta
pengerahan segenap potensi nasional secara semesta dengan semangat pantang
menyerah.
E.
Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk siswa SD
Materi Bhineka Tunggal Ika terdapat pada kelas 4 sekolah
dasar.
Kompetensi Inti
1.
Mengetahui keragaman Indonesia
2.
Memiliki sikap dan perilaku saling menghargai,
menghormati, dan toleransi terhadap sesama
3. Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati (mendengarkan, melihat, membaca) dan menanya, berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya
Kompetensi Dasar
Memiliki
sikap toleran dan menghargai sesama dan lingkungan di sekitarnya.
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer
dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan atau diurutkan dengan pasangan yang tepat agar menjadi
urutan yang logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson, prinsip dasar dalam model
pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan
media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan
siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran
Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk
menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang
harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan
indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Di langkah ini guru memberikan penjelasan
mengenai pengertian dari Bhineka Tunggal Ika. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi
yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan
teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi.
Di langkah ini guru menunjukkan beberapa
gambar rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, dan nama-nama daerah
asalnya. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis sesuai dengan daerah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian
tradisional.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa
merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus,
tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai.
Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu
sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru
memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini
guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta
siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang
telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah
ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menarik
kesimpulan darimanakah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional
tersebut.
Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan
mampu mengetahui dan menghargai budaya ataupun adat dari daerah lain.
BAB
3
PENUTUP
KESIMPULAN
Wujud dari keragaman di dalam semboyan
Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam, seperti keragaman suku, ras, agama,
bahasa, dan budaya. Dfengan semboyan bhineka Tunggal Ika tersebut juga
mempunyai peran terhadapa bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang
berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Penerapan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal
Ika dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang pengertian
Bhineka Tunggal ika. Indonesia mempunyai keragaman suku, ras, agama, bahasa,
dan budaya yang sangat banyak. oleh karena itu kita sebagai penerus bangsa
harus mengetahui keragaman yang ada di Indonesia. Kita dapat mempelajari
bagaimana perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Perbedaan
ini tidak akan membuat Indonesia terpecah-belah, namun perbedaan ini akan
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keberagaman.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang
bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan
etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa
yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan
rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa
toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warganegara memahami makna
Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat
dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Implementasi%20Konsep%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20sebagai%20Landasan%20Multikulturalisme%20Bangsa%20Indonesia.htm
Budiono
Kusumohamodjojo, 2000, Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo:
Jakarta.
Darmodihardjo Darji
dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia.
Rajawali: Jakarta
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun
pedoman bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai dari Bhineka Tunggal Ika
bangsa Indonesia.
Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan
kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah
ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jember,
10 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………….3
B.
Rumusan
Masalah…………………………………………………………4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika…………………..5
B.
Keberagaman
Indonesia…………………………………………….……..6
C.
Implementasi
Konsep Bhineka tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa
Indonesia………………………………………8
D.
Pemahaman
Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika……………………………..10
E.
Model
Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk Siswa SD……….……..13
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….19
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang sejak dulu, mulai zaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya bangsa-bangsa lain unutk menguasai
bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun Indonesia berjuang untuk mencari jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri.
Setelah melalui proses yang sangat panjang
untuk mencari jati dirinya, bangsa Indonesia yang didalamnya tersimpul ciri
khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh
para pendiri bangsanya merumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam. Yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian disepakati
bersama diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa
ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus
memiliki visi serta pandangam hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di
dunia Internasional. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki rasa
nasionalisme kebangsaan yang kokoh, demi tercapainya ketahanan Negara dari
pihak luar. Selain hal itu, bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan
negaranya dari pihak dalam, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki asset berharga dalam keberagaman
budaya, dengan kata lain harus menciptakan dan memperkuat rasa persatuan dan
kesatuan yang utuh.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana proses terbentuknya Bhineka Tunggal
Ika?
2. Bagaimana wujud dari keragaman di Indonesia?
3. Bagaimana cara untuk menerapkan nilai dari
semboyan Bhineka tunggal Ika?
4. Apa manfaat penerapan nilai dari Bhineka
Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuannya adalah:
1. Mengetahui sejarah terbentuknya Bhineka
Tunggal Ika
2. Mengetahui wujud dari keberagaman Indonesia
3. Mengetahui cara untuk menerapkan nilai dari
semboyan Bhineka Tunggal Ika
4. Mengetahui manfaat penerapan nilai dari
Bhineka Tunggal Ika dalam kehiduan sehari-hari
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Terbentuknya Semboyan Bhineka Tunggal
Ika
Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di
Majapahit adalah seorang pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup pada
pemerintahan raja Rajasanegara. Ia masih saudara sang raja yaitu keponakannya
(Bratratmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu adik wanita
sang raja.
Nama
“Tantular” terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh).
Artinya ia orangnya “teguh”. Sedangkan kata “mpu” merypakan gelar yang artinya
adalah seorang yang pandai atau ahli.
Tantular
adalah seorang penganut agama Budha, namun ia terbuka terhadap agama lainnya,
terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya
yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama kakawin Sutasoma. Bahkan
salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan
Republik Indonesia yaitu “Bhineka tunggal Ika” atau berbeda-beda namun satu
jua.
Kutipan
ini berasal dari pupuh 139, bait 5.
Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Perumusan Bhineka Tunggal Ika oleh Mpu
Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi
keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.
B.
Keberagaman Indonesia
Keberagaman
Indonesia ada karena memiliki hal yang beragam, contohnya:
1.
Suku
adalah adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku
bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama.
Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan yang lainnya.
Contoh suku bangsa Indonesia : suku Jawa, Minangkabau, Bali,
Makassar, Bugis, dan Sunda.
2.
Agama
berasal dari kata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata a
yang artinya tidak dan kata gama yang artinya kacau. Jadi,
“agama” artinya tidak kacau. Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola
perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah. Agama adalah suatu
sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan dan praktik suci. Agama adalah
pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan
dengan Tuhan.
3.
Ras
adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki
ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras
merupakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural.
Misalnya, jika kita menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat
kebudayaan kelompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri
fisiknya, seperti warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya,
jika kita menyebut satu kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat
kebudayaan kelompok tersebut, melainkan ciri fisiknya.
4.
Budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang
berarti akal budi. Kebudayaan berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia
5.
Jenis
kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya proses reproduksi
seksual untuk
mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu
akibat dari dimorfisme
seksual, yang
pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
MANFAAT MENGETAHUI KEBERAGAMAN INDONESIA:
1. Menghargai budaya orang lain
2. Menghargai setiap perbedaan orang lain
3. Lebih mencintai bangsa Indonesia
4. Menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat
beragama
5. Tidak membeda-bedakan antar ras, suku,
golongan
6. Tidak adanya sistim kasta dalam kehidupan
sehari-hari
C. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia
Akar kata
multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa Sansekerta, kata buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Soerjono Soekanto, 1990). Oleh karena itu,
kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah
ideologi dan sebuah alat atau
wahana untuk meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus
dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide
atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai
struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan
bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang
terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang
mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku
bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati
dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat
keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan
dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan
kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk
selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif,
terbuka, damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai
dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip,
berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep
Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa :
1. Perilaku inklusif.
Di depan telah
dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau
kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari
masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam
kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain.
Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi
kehidupan bersama.
2. Sikap
rukun dan damai
Sikap toleransi, saling
hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat
dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi
menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi
lestarinya negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu
dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3.
Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk
kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai
mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama,
tetapi common denominator, yakni inti
kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai
dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan
yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang
kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win
win solution.
4. Sikap
kasih sayang dan rela berkorban
Dalam menerapkan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi
oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari
kamus Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan
pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan,
disertai dengan pengorbanan.
Bila setiap warga negara
memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh.”
D.
Pemahaman Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam membina dan
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam satu wadah/wilayah yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan dan penyelenggaraan tata
kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik
antara falsafah Pancasila, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial
budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan
dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
nasional.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kemajemukan etnik/suku, ras, sosial,
budaya, dan agama, merupakan kepelbagaian yang berbeda satu sama lain, namun
demi kepentingan bersama, menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera,
kepelbagaian menjadi penguat sehingga terintegrasi secara nasional sejak
Indonesia merdeka di bawah ideologi Pancasila. Kemajemukan yang terintegrasi
secara nasional menjadi kondisi potensi nasional yang harus dapat menempatkan
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an sebagai landasan dan pedoman dalam
mewujudkan stabilitas nasional dan ketahanan nasional dengan segala aspek-aspek
yang ada didalamnya. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika yang termaktub dalam Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa
perlu dipahami dan dikembangkan serta diimplementasikan dalam
berinteraksi sosial, karena nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an mempunyai fungsi sebagai motivasi dan rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan dalam
bermasyarakat, dan berpemerintahan, baik di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, berfungsi juga untuk mewujudkan
nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa atau daerah, dengan tetap menghormati kepentingan
lain, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dijadikan arahan,
pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak dan membangun
serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional demi
keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Karena itu,
implementasi atau penerapan nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan NKRI daripada kepentingan pribadi atau
kelompok. Untuk mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal
Ika-an agar terintegrasi secara nasional dalam kemajemukan sosial budaya
masyarakat, implementasinya harus tergambar dalam kehidupan politik, sosial
budaya, dan seluruh aspek kehidupan berbangsa dalam penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis.
Aspek politik misalnya, diarahkan untuk mampu menumbuh kembangkan rasa
dan semangat kebangsaan yang selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi pengembangan
jiwa nasionalisme dan pembentukan jati diri bangsa. Sosialisasi aktualisasi
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilaksanakan oleh seluruh komponen
nasional untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang demokratis dan berkeadilan
serta mampu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
golongan dan individu, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), tidak terjadi
kesewenangan kekuasaan tetapi sebaliknya yang terjadi adalah hubungan yang
harmonis, saling menghargai tugas dan wewenang masing-masing, serta memantapkan
keyakinan warga terhadap nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Hal tersebut
tampak dalam wujudnya pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang
dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat sehingga kepercayaan warga
terhadap pelaksana pemerintahan terjamin.
Penerapan
aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang terigrasi
dalam kehidupan keseharian akan menciptakan tatanan masyarakat yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil. Untuk itu aktualisasi pemahaman nilai-nilai
ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus mampu menumbuhkembangkan kehidupan
bermasyarakat yang saling berinteraksi secara sinergis antara satu daerah
dengan daerah lain yang berbeda budaya, etnik/suku, bahasa, agama, dan strata
sosial dalam mewujudkan sistem integrasi nasional yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga serta daya saing bangsa. Seluruh
komponen harus mampu memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber daya dan
kearifan lokal guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan mesra merata
sebagai wujud rasa nasionalisme bangsa dengan menjaga kelestarian sumber
daya dan potensi yang dimiliki demi generasi penerus bangsa. Di samping itu, mencerminkan
tanggungjawab terhadap pola sikap dan tindakan yang saling menghormati dan
saling menghargai antar daerah, suku, bahasa, agama, bahkan strata sosial,
secara timbal balik demi kelestarian keanekaragaman budaya yang menjadi
kekayaan milik bersama dalam kesatuan dan persatuan negara bangsa.
Penerapan aktualisasi nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Untuk itu, setiap warga
diarahkan agar mampu mengembangkan budaya daerah yang saling berinteraksi dan
mengisi secara sinergis dengan budaya daerah lainnya atas dasar saling
menghormati dan saling menghargai khasanah masing-masing sehingga terwujud
kehidupan bangsa yang rukun dan bersatu secara integral. Selain itu, harus
mampu mewujudkan kebudayaan nasional yang merupakan perpaduan harmonis alamiah
dari kebudayaan daerah yang dapat dikembangkan sebagai jati diri bangsa, mampu
mewujudkan sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi dan mengakar pada
nilai-nilai dan norma-norma hukum yang berlaku dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat dan diabadikan untuk kepentingan nasional. Kemudian mampu juga mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang diabadikan bagi peningkatan hakekat dan martabat bangsa. Implementasi ini
juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu
tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta
golongan berdasarkan status sosialnya.
Penerapan pemaham nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam kehidupan
pertahanan keamanan juga akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah
air untuk lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga
negara, yang kemudian akan menjadi modal utama dalam menggerakkan partisipasi
setiap warga menanggapi setiap bentuktantangan, seberapapun kecilnya dan
darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa
dan kedaulatan negara. Untuk itu setiap warga harus mampu menumbuh kembangkan
kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang selanjutnya akan menumbuh kembangkan
jiwa dan semangat bela negara, dan pada akhirnya dapat membangun sistem
pertahanan negara yang bertumpu pada keterpaduan upaya seluruh rakyat serta
pengerahan segenap potensi nasional secara semesta dengan semangat pantang
menyerah.
E.
Model Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika untuk siswa SD
Materi Bhineka Tunggal Ika terdapat pada kelas 4 sekolah
dasar.
Kompetensi Inti
1.
Mengetahui keragaman Indonesia
2.
Memiliki sikap dan perilaku saling menghargai,
menghormati, dan toleransi terhadap sesama
3. Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati (mendengarkan, melihat, membaca) dan menanya, berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya
Kompetensi Dasar
Memiliki
sikap toleran dan menghargai sesama dan lingkungan di sekitarnya.
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer
dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan atau diurutkan dengan pasangan yang tepat agar menjadi
urutan yang logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson, prinsip dasar dalam model
pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan
media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan
siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran
Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk
menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang
harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan
indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Di langkah ini guru memberikan penjelasan
mengenai pengertian dari Bhineka Tunggal Ika. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi
yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan
teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi.
Di langkah ini guru menunjukkan beberapa
gambar rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, dan nama-nama daerah
asalnya. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis sesuai dengan daerah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian
tradisional.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa
merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus,
tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai.
Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu
sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru
memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini
guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta
siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang
telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah
ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menarik
kesimpulan darimanakah asal rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional
tersebut.
Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan
mampu mengetahui dan menghargai budaya ataupun adat dari daerah lain.
BAB
3
PENUTUP
KESIMPULAN
Wujud dari keragaman di dalam semboyan
Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam, seperti keragaman suku, ras, agama,
bahasa, dan budaya. Dfengan semboyan bhineka Tunggal Ika tersebut juga
mempunyai peran terhadapa bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang
berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Penerapan nilai dari semboyan Bhineka Tunggal
Ika dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang pengertian
Bhineka Tunggal ika. Indonesia mempunyai keragaman suku, ras, agama, bahasa,
dan budaya yang sangat banyak. oleh karena itu kita sebagai penerus bangsa
harus mengetahui keragaman yang ada di Indonesia. Kita dapat mempelajari
bagaimana perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Perbedaan
ini tidak akan membuat Indonesia terpecah-belah, namun perbedaan ini akan
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keberagaman.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang
bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan
etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa
yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan
rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa
toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warganegara memahami makna
Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat
dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Implementasi%20Konsep%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20sebagai%20Landasan%20Multikulturalisme%20Bangsa%20Indonesia.htm
Budiono
Kusumohamodjojo, 2000, Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo:
Jakarta.
Darmodihardjo Darji
dkk. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia.
Rajawali: Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar